"Tak kusangka, ceritamu kan berakhir dalam dekapan roti sandwich" sambil geleng-geleng ku katakan pada bakso buatan ku.
Hari ini, tanggal 14 februari, saya akan kedatangan tamu istimewa dari Sydney, Mba Rani, teman seperjuangan saat bertarung mengahapi IELTS, yang akhirnya Alhamdulillah kami berdua serta banyak teman lainnya berhasil menakhlukkannya meski harus terseok-seok dalam masa (waktu) perjuangan yang tidak sama antara satu dengan yang lain, tak mengapa, semua akan indah pada waktu yang tepat, isn't it?. Mbak Rani yang sekarang sedang akan menempuh semester ke tiga sekaligus terakhir di Macquire University, Sydney Australia, berazam bahwa harus mengunjungi kota cantik Melbourne sekaligus silaturahim ke saya, maa syaa Allah.. terharu..
[13 februari 2018]
Jadi, atas kabar gembira kedatangan mba Rani ke Melbourne, saya berencana untuk membuat suguhan yang hampir semua orang suka; Bakso. Ya, berhubung ini berada di kota melbourne, jadi sedikit kewalan untuk 'mencari bakso', sebenarnya ada satu mbak2 dari Indonesia, menerima pesanan bakso, namun sayangnya beliau sedang sibuk, sehingga belum bisa melayani pesanan dalam weekdays ini. Setelah kepo tentang bagaimana cara mebuat bakso yang benar, akhirnya saya capcuus memutuskan untuk membuat bakso, berangkat ke pasar, beli bahan dan bumbu2, sedangkan rempah tidak perlu karena stok masih ada di rumah, ditambah belanja buah dan snack untuk suguhan.
Dengan PD nya, 1 kg daging giling yang saya beli, padahal pada dasarnya saya tidak terlalu menyukai daging2 an, 1 kg daging giling ini menjadi the first mince beef I have ever bought since the last 6 six months I've been living here. Ya, benar, saya lebih menyukai telur dan ikan, mungkin sejak kecil ibu saya yang jarang memasak sumber protein hewani satu ini, dan lebih sering memasak si empuk telur dan ikan sebagai sumber protein dalam tubuh.
Kembali, dengan segala ke PD an, yang 'ainul yaqiin-nya 98%, bakso buatan seorang afida (yang tak pernah masak masakan aneh2 ini) akan berhasil seperti yang tertampil di foto-foto di internet ataupun seperti penampakan bakso yang di sajikan di warung-warung pinggir jalan. Nyam!
Oke, semua bahan beres, daging, tepung tapioka, tepung terigu, putih telur, garam, merica bubuk, bawang, dan daun bawang siap untuk diuleni. Plung, 1 bulatan bakso akhirnya terjun dan tenggelam dalam air mendidih. Oh, what happened? ternyata di bakso yang awalnya berbentuk bulat cantik, setelah berada dalam air panas yang bergejolak itu akhirnya berubah bentuk menjadi tak beraturan. setelah itu, saya cek kembali resep bakso dari berbagai sumber yang ada di internet, dan..... lemas, ternyata komposisi perbandingan tepung tidak sama antara resep satu dengan yang lain, telfon ibuk, hmm lagi-lagi resep yang berbeda, beruntung hanya setengah kilo yang saya olah, setengahnya lagi sudah disimpan dalam freezer. Akhirnya, trial and error (salah satu metode penyelesaian masalah dalam Teknik Kimia) akhirnya harus dilakukan, tambah tepung tapioka 1 sendok, uleni, bentuk, cemplung, angkat, lihat bentuknya, makan. Ah kurang, lagi, tambah tepung terigu 1 sendok, uleni, bentuk, cemplung, angkat, lihat bentuknya, makan. Ah kurang... trial lagi, trial lagi, lupa sampek berapa kali, sudah menunjukkan pukul 10.30 pm, ah ngantuk,udahlah, semua adonan akhirnya terbentuk, dan jadi...
alhasil, sangat jauh dari ekspektasi..dari bentuk, kalau rasa lumayan, tapi tentu tak se lezat dan jauuuuuh dari bakso yang disajikan di warung-warung pinggir jalan. Alhamduillah.. (setelah membatin kok bakso saya begini ya, langsung teringat, makanan tidak boleh dicela fidaaaa T.T).
[14 Februari, pagi hari] Okay, besoknya, saya melihat kembali keadaan bakso-bakso yang malang itu, akhirnya saya memutuskan untuk menggorengnya saja untuk tambahan sajian camilan nanti. ''maafkanku ya nak Bakso, dari pada kau ku tenggelamkan di kuah bakso, sepertinya harus ku sulap kau menjadi sesuatu yang lebih menarik sesuai dengan keadaanmu, maafkan" #maaf atas butiran drama ini.
dan tat ta raaa.. jadilah sandwich bakso. Alhamdulillah.
Apa hikmah yang bisa diambil?
1. Apapun yang diawali dengan kesombongan, akan berakhir pada kekecewaan. Karena sebelumnya, saya begitu tinggi mengatakan "ah, bisalah, masak buat bakso aja ga bisa", padahal saya juga paham sekali, kalau saya bukan tipe wanita yang pandai masak. huhu, masih harus belajar.
2. Never afraid to try something new. Dan kalau sudah begini, kan jadi tau kalau ibu2 yang pandai masak itu sangat pantas untuk diapresiasi. dan kita yang belum bisa memasak, juga harus sedini mungkin untuk mengawali yang namanya memasak, (selfreminder, hei kamu afida, yang masaknya asal2an, bahkan setiap masakannya ga terdeteksi nama makanannya apa). Its Okay, bukankan seorang ekspert dulunya juga seorang beginner?. #menghibur diri sendiri
3. Jangan pernah mencela makanan. Guys, apapun kondisi makanan jangan mencelanya ya, (biarkan saya tadi aja, khilaf, kita jangan lagi melakukannya) karena makanan adalah bentuk rezeki, huhu.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, “Belum pernah Rasulullah mencela suatu makanan. Kalau beliau suka, makanan itu dimakannya, dan kalau beliau tidak suka, ditinggalkannya.” (Muttafaq ‘alaih)
4. Percayalah, semua jangan dibuat ribet, yang akhirnya hal yang tidak ribet menjadi ribet, sebenarnya keribetan itu adalah hal ribet yang sesungguhnya. Intinya, make it simple.
5. Sudah sampai disini saja, hehe, Assalamualaikum.
Daaan, Terimakasih ku ucapkan pada bakso yang penuh hikmah :')
#btw, ini ngetiknya tanggal 14 loh, kok di tampilan atas blog tanggal 13 :D hahaha LOL.. spertinya dia belum bisa move on wkwk
Hari ini, tanggal 14 februari, saya akan kedatangan tamu istimewa dari Sydney, Mba Rani, teman seperjuangan saat bertarung mengahapi IELTS, yang akhirnya Alhamdulillah kami berdua serta banyak teman lainnya berhasil menakhlukkannya meski harus terseok-seok dalam masa (waktu) perjuangan yang tidak sama antara satu dengan yang lain, tak mengapa, semua akan indah pada waktu yang tepat, isn't it?. Mbak Rani yang sekarang sedang akan menempuh semester ke tiga sekaligus terakhir di Macquire University, Sydney Australia, berazam bahwa harus mengunjungi kota cantik Melbourne sekaligus silaturahim ke saya, maa syaa Allah.. terharu..
[13 februari 2018]
Jadi, atas kabar gembira kedatangan mba Rani ke Melbourne, saya berencana untuk membuat suguhan yang hampir semua orang suka; Bakso. Ya, berhubung ini berada di kota melbourne, jadi sedikit kewalan untuk 'mencari bakso', sebenarnya ada satu mbak2 dari Indonesia, menerima pesanan bakso, namun sayangnya beliau sedang sibuk, sehingga belum bisa melayani pesanan dalam weekdays ini. Setelah kepo tentang bagaimana cara mebuat bakso yang benar, akhirnya saya capcuus memutuskan untuk membuat bakso, berangkat ke pasar, beli bahan dan bumbu2, sedangkan rempah tidak perlu karena stok masih ada di rumah, ditambah belanja buah dan snack untuk suguhan.
Dengan PD nya, 1 kg daging giling yang saya beli, padahal pada dasarnya saya tidak terlalu menyukai daging2 an, 1 kg daging giling ini menjadi the first mince beef I have ever bought since the last 6 six months I've been living here. Ya, benar, saya lebih menyukai telur dan ikan, mungkin sejak kecil ibu saya yang jarang memasak sumber protein hewani satu ini, dan lebih sering memasak si empuk telur dan ikan sebagai sumber protein dalam tubuh.
Kembali, dengan segala ke PD an, yang 'ainul yaqiin-nya 98%, bakso buatan seorang afida (yang tak pernah masak masakan aneh2 ini) akan berhasil seperti yang tertampil di foto-foto di internet ataupun seperti penampakan bakso yang di sajikan di warung-warung pinggir jalan. Nyam!
Oke, semua bahan beres, daging, tepung tapioka, tepung terigu, putih telur, garam, merica bubuk, bawang, dan daun bawang siap untuk diuleni. Plung, 1 bulatan bakso akhirnya terjun dan tenggelam dalam air mendidih. Oh, what happened? ternyata di bakso yang awalnya berbentuk bulat cantik, setelah berada dalam air panas yang bergejolak itu akhirnya berubah bentuk menjadi tak beraturan. setelah itu, saya cek kembali resep bakso dari berbagai sumber yang ada di internet, dan..... lemas, ternyata komposisi perbandingan tepung tidak sama antara resep satu dengan yang lain, telfon ibuk, hmm lagi-lagi resep yang berbeda, beruntung hanya setengah kilo yang saya olah, setengahnya lagi sudah disimpan dalam freezer. Akhirnya, trial and error (salah satu metode penyelesaian masalah dalam Teknik Kimia) akhirnya harus dilakukan, tambah tepung tapioka 1 sendok, uleni, bentuk, cemplung, angkat, lihat bentuknya, makan. Ah kurang, lagi, tambah tepung terigu 1 sendok, uleni, bentuk, cemplung, angkat, lihat bentuknya, makan. Ah kurang... trial lagi, trial lagi, lupa sampek berapa kali, sudah menunjukkan pukul 10.30 pm, ah ngantuk,udahlah, semua adonan akhirnya terbentuk, dan jadi...
alhasil, sangat jauh dari ekspektasi..dari bentuk, kalau rasa lumayan, tapi tentu tak se lezat dan jauuuuuh dari bakso yang disajikan di warung-warung pinggir jalan. Alhamduillah.. (setelah membatin kok bakso saya begini ya, langsung teringat, makanan tidak boleh dicela fidaaaa T.T).
[14 Februari, pagi hari] Okay, besoknya, saya melihat kembali keadaan bakso-bakso yang malang itu, akhirnya saya memutuskan untuk menggorengnya saja untuk tambahan sajian camilan nanti. ''maafkanku ya nak Bakso, dari pada kau ku tenggelamkan di kuah bakso, sepertinya harus ku sulap kau menjadi sesuatu yang lebih menarik sesuai dengan keadaanmu, maafkan" #maaf atas butiran drama ini.
dan tat ta raaa.. jadilah sandwich bakso. Alhamdulillah.
Apa hikmah yang bisa diambil?
1. Apapun yang diawali dengan kesombongan, akan berakhir pada kekecewaan. Karena sebelumnya, saya begitu tinggi mengatakan "ah, bisalah, masak buat bakso aja ga bisa", padahal saya juga paham sekali, kalau saya bukan tipe wanita yang pandai masak. huhu, masih harus belajar.
2. Never afraid to try something new. Dan kalau sudah begini, kan jadi tau kalau ibu2 yang pandai masak itu sangat pantas untuk diapresiasi. dan kita yang belum bisa memasak, juga harus sedini mungkin untuk mengawali yang namanya memasak, (selfreminder, hei kamu afida, yang masaknya asal2an, bahkan setiap masakannya ga terdeteksi nama makanannya apa). Its Okay, bukankan seorang ekspert dulunya juga seorang beginner?. #menghibur diri sendiri
3. Jangan pernah mencela makanan. Guys, apapun kondisi makanan jangan mencelanya ya, (biarkan saya tadi aja, khilaf, kita jangan lagi melakukannya) karena makanan adalah bentuk rezeki, huhu.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, “Belum pernah Rasulullah mencela suatu makanan. Kalau beliau suka, makanan itu dimakannya, dan kalau beliau tidak suka, ditinggalkannya.” (Muttafaq ‘alaih)
4. Percayalah, semua jangan dibuat ribet, yang akhirnya hal yang tidak ribet menjadi ribet, sebenarnya keribetan itu adalah hal ribet yang sesungguhnya. Intinya, make it simple.
5. Sudah sampai disini saja, hehe, Assalamualaikum.
Daaan, Terimakasih ku ucapkan pada bakso yang penuh hikmah :')
#btw, ini ngetiknya tanggal 14 loh, kok di tampilan atas blog tanggal 13 :D hahaha LOL.. spertinya dia belum bisa move on wkwk