Kamis, 05 November 2015

one day, every day

Dia begitu sejati padaku, melewati jalan kehidupan, terjal batu aspal, terik panas mentari, dingin basah setiap tetesan air dari langit dan bahkan ikut merasakan setiap kesejukan atmosfer bumi yang menyambutku setiap hari. siapa 'dia'? Chacha, sepeda berwarna peach bermerk United yang penuh loyalitas. tak pernah merengek dan selalu besedia ku ajak melalang buana menyusuri kota 'Apel'. "Tak apa ya, kita hari ini harus berlari lebih jauh?" kataku. Ku merasakan kepasrahannya dia bersama ku. Tak pernah rewel, apalagi berpindah ke tangan orang lain, terima kasih Chacha.

Malam yang sejuk-dingin disertai tetesan lembut hujan langit, menambah ke-soulmate-an kami, ku ajak dia mengingat Tuhan semesta alam, dan set... terbesit ingatan mimpi-mimpi yang ingin ku capai, ku bertanya padanya, "apakah ini akan hanya sebuah fatamorgana mimpi, ataukan mimpi yang muncul karena ia merupakan jalaran dari takdirku?". Berkali ku bertanya padanya, lalu dia menjawab "teruslah mengkayuhku....". Kini lampu jalanan yang tembus diantara dahan-dahan basah, begitu terangnya meski ia muncul agaknya memaksa, karena tertutupi dahan dan daun. Lagi, ku bertanya kepada si lampu jalanan, yes!, jawaban berbeda kudapatkan, "selalu ada harapan, walau hanya satu titik". akhirnya kupenuhi pinta chacha. terima kasih Chacha dan Lampu jalanan, kalian telah mengajariku sebuah "usaha tak boleh dihentikan, karena harapan pasti ada". Inilah yang bisa ku sebut Ikhtiar.

Jalan area kampus malang semakin menunjukkan keramaiannya, seperti ingin meniru jakarta sebagai kota metropolitan, hei, yang benar saja, ini bukan malam minggu. Rumah berjalan berjajar 2, di sela-selanya kuda ber-BBM pun tak mau kalah merebut posisi terdepan, lalu, kemana Cha-cha akan ku arahkan, kalau begini 5 km/jam pun jadi, hufft. Sembari itu, pikiran yang kosong ini akan segera terisi tentang mimpi 'lagi'. Kali ini yang kulihat betapa anggunnya bulan purnama, ciptaan-Nya sungguh sempurna tanpa cacat, kuarahkan 5 jemariku ke atas kepala, seolah ingin merasakan ketentraman bulan bahkan rasanya ingin mengambilnya, dan ku bawa pulang. Lagi-lagi dengan kecepatan kurang lebih 20 tahun cahaya , kulesatkan pertanyaan yang sama, berharap dalam beberapa detik dapat dijawab olehnya. Jawaban kali ini sangat menentramkan kalbuku, "Allah menciptakan ciptaannya tanpa cacat ataupun sia-sia". Terima kasih bulan, pesanmu sangat berharga bagiku, kini kumenyadari, bahwa Tuhanku selalu akan ada disisiku, tak pernah meninggalkanku, semakin yakin bahwa GOD+ME=ENOUGH, seperti kata salah seorang penulis favoritku. Sebuah Doa, sangat cukup bagiku.

"Hei, tak adil ya rasanya, mereka semua (red, kendaraan bermotor) menyumbangkan asapnya demi kelancaran polusi udara, sedang aku tak pernah, tapi tentu saja bau-bau ini aku merasakannya, dan ku tak suka, ayolah lebih cepat kita berlari, kau pun juga tak tahan kan?", Chacha mulai demo padaku. 
ku kayuh, memiyak-miyak celah jalanan, akhirnya kudapati lagi penasehat-penasehatku, kali ini bukan lampu jalanan ataupun sang bulan purnama. melainkan, seorang anak manusia di tengah tengah perempatan  jalanan yang menjajahkan kacang asinnya kepada para-para pesetia lampu merah yang setia menemani hingga lampu berganti warna lainnya, sangat setia bukan?. Sekali lagi, kulontarkan satu pertanyaan kepada anak manusia ini, kali ini berbeda, "Apakah kau yakin, kacang-kacang itu akan habis dalam waktu malam ini, ataukah akan kau jual besok pagi sisanya? berarti hari ini sedikit bukan uang yang bisa kau berikan ke keluargamu?, tentu melalui batin ku ajukan pertanyaan ini padanya, pandangan matanya seolah dengan tegas menjawab, "aku dan keluargaku selalu ada dalam lindungan Allah dari kelaparan, sehingga ku tak pernah resah". Betapa beliau melalui celah hingga sebuah kiriman datang ke sanubariku, sebuah surat ternyata, yang berisi "Engkau akan selalu dalam pengawasan-Nya, serahkan semua padanya". semakin adem hati ini, Allah selalu bersamaku, innallaha ma'ana. Akhinya kusebutnya Tawakkal. 

Terimakasih Chacha yang telah mengisi hari ini dan hari-hari yang lain. Hari ini, kuyakin bahwa hidup tak sekedar 'Penuh perjuangan' namun lebih mulia dari yang kita bayangkan. Ia adalah rangkaian kata berpisah namun bersatu. yaitu IKHTIAR, DOA, dan TAWAKKAL.