Minggu, 16 April 2017

Lorong itu

Matanya sayu, agaknya kosong, menatap lorong kecil ramai perawat yang lalu lalang mengantarkan obat dari kamar ke kamar. Aku sekilas menatap seorang wanita paruh baya yang duduk di atas ranjang putih, ketika aku sedang berjalan menuju ke tempat fotokopi-an untuk menggandakan beberapa lembar kertas kecil. Yah, aku hanya  membatin sepersekian menit, apa sekiranya yang sedang dipikirkan oleh wanita itu. Tak lama kemudian, aku pun tersibukkan kembali oleh kertas-kertas kecil di tangan yang harus kuurutkan satu per satu.

Keesokan harinya, nenek memintaku untuk mengambil beberapa data ke laboratorium. Tempat laboratorium terletak lumayan jauh dari kamar nenek dirawat. Kali ini, aku harus melewati beberapa paviliyun, tempat pasien dirawat karena penyakit yang berbeda-beda. Dag-dig-dug, jantung ini mulai berdebar, ditambah anak-anak kecil menangis kesakitan, kakek2 dan nenek2 mengomel agaknya meronta karena penyakitnya. Aku tak paham benar memang, penyakit apa yang sedang diderita mereka. Yang kubaca hanyalah ICU, ICU sentral, paviliun mawar dll. Bukan tidak sengaja, dengan sedikit mengintip sambil berjalan di sebuah lorong yang sedikit remang, aku menyaksikan beberapa orangtua sedang terkapar lemas dengan tubuh pucat kekuningan. Sebelah kanan, terlihat anak-anak yang hampir seluruh lengannya terbungkus kasa-sambil menangis-. Beberapa meter kemudian, terlihat belokan ke arah kiri, refleks, mataku melesat menatap suatu ruangan berjudul "ICU Jantung" berisikan beberapa pasien dengan bantuan beberapa selang untuk membantu pernafasan (barangkali). Mulai pusing, jika ada cermin disekitaran, aku pasti sudah menyaksikan alangkah pucat wajah ini.

Seusai dari laboratorium, aku memutuskan untuk mengambil lorong berbeda untuk dilewati. "Ini lorong yang kulewati kemarin" bisikku. Yang terlihat kali ini berbeda, aku melewati ruang operasi dengan beberapa dokter keluar dengan membawa jas biru di lengannya dan beberapa perawat berbicang-bincang riang, entah topik apa yang dibicarakan sehingga mereka terlihat bahagia. Tanpa beban. Suasana yang cukup menghiburku. Pikiranku mulai melayang, "apa yang telah mereka kerjakan adalah mimpiku di masa lalu yang kandas, hehe". Tapi, jikapun aku terjun didalamnya aku pasti sudah mengudurkan diri lebih awal hehehe. "Allah has given the right way for me" Chemical Engineering. :). Melihat mereka entah mengapa, sebuah keinginan muncul untuk sekedar melihat dan membaca 'kode-kode' dan grafik yang tertera pada kertas-kertas tebal di tanganku, yang kebetulan map pembungkusnya tidak terkunci. aku duduk sebentar di sebuah tempat duduk kosong yang baru saja kutemukan, bersanding dengan ibu-ibu yang sedang sibuk gedgetnya. Ku bolak balik kertas-kertas hasil lab di tanganku, mencoba mengartikan meskipun hanya sedikit yang bisa kupahami, entah pemahamanku salah atau salah kaprah. hehe. Selesai, lalu kututup file-file itu.

Ketika hendak beranjak, tepat didepan pandangan kulihat seorang ibu dengan pandangan kosong. "itu wanita yang kulihat kemarin''. Kali ini dia sedang ditidurkan di atas ranjang beroda, sepertinya hendak dipindahkan ke ruangan ICU. Seorang bocah, mungkin putranya, sekitar 14 tahunan berjalan cepat ikut mengantakan ibunya bersama 2 orang perawat yang mendorong ranjang dan memegang infus. Tanpa menangis, anak itu hanya berkata kepada ibunya "Bu, ndang waras yoo". Ibunya hanya membalas dengan tatapan memelas lalu tersenyum kecil agaknya memaksa. Seketika mereka berlalu, benar-benar sebuah drama singkat namun menyayat. hiks.

Ku lanjutkan perjalananku melewati lorong-lorong rumah sakit. Tak ada yang menarik. Tapi tetap saja, aku tersibukkan oleh pikiran-pikiran. Sungguh, nikmat utama yang harus disyukuri setelah nikmat islam adalah kesehatan. Kini, tubuh sehat bugar yang kumiliki bisa ku arahkan semauku, aku bisa melakukan apa saja; beribadah, belajar, menjelajah, bercandan dengan teman-teman, dengan kucing, ah.. Nikmat ini, jangan Kau ambil Ya Allah... T.T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar